Selasa, Juni 07, 2011

Begadang


Konon kabarnya orang sukses senang begadang dan mengurangi jam tidur. Di saat orang lain terlelap, mata mereka masih melotot, bahkan sedang getol-getolnya beraktivitas, baik yang menggunakan otak maupun otot. Benarkah mengurangi tidur malam merupakan salah satu kunci sukses?
Mantan pejabat seperti Margareth Thatcher, Soeharto, Habibie, konon tidur malam hanya tiga jam. Helmy Yahya waktu sekolah di Amrik juga melakukan hal yang sama. Bahkan pendiri Google Larry Page dan Sergey Brin, terus bekerja selama 24 jam selagi mereka kuat.
Saya belum pernah menemukan biografi orang sukses yang jam tidurnya sama dengan yang sering dinasehatkan dokter, yakni 6-8 jam sehari. Kalau Anda bisa menemukannya mungkin saya akan menjadi jamaahnya. Soalnya, saya paling tidak bisa tidur singkat. Setiap hari saya harus tidur minimal 6 jam. Kalau kurang dari itu, pasti siangnya akan menguap.
Terkadang saya khawatir, jangan-jangan masalah tidur ini yang membuat kesuksesan saya tidak secepat teman-teman. Apalagi, ada pepatah yang berbunyi,”Wa man thalabal ula, sahiral layali”. Artinya, siapa yang mengharapkan kemuliaan, hendaklah dia menghidupkan malam.
Di boarding school saya dulu, menjelang ujian, setiap siswa belajar sampai larut malam, bahkan pagi. Dulu PLN belum masuk, masih menggunakan diesel, sehingga pada pukul 10.00 listrik dipadamkan. Untuk bisa belajar, siswa memasang lampu teplok atau sentir. Jika kita jalan-jalan di saat itu, kita akan melihat kelap kelip lampu teplok di segala penjuru.
Adapun saya, karena selalu dikalahkan kantuk, tidak pernah belajar sampai larut malam. Cukup sampai pukul 10.00. Siang sudah cukup panjang bagi saya.
Di dunia nyata, banyak businessman yang percaya bahwa malam adalah sumber rejeki. Banyak keputusan atau deal penting terjadi di tengah malam. Kalau sudah malam orang sudah tidak terlalu ngotot, sehingga negosiasi bisa lebih “smooth”.
Sholat malam atau tahajud juga dianjurkan di sepertiga malam. Saat itu “noise” berkurang sehingga komunikasi antara makhluk dengan Sang Khalik bisa lebih lancar.
Bagi pengusaha atau pemilik perusahaan, kerja sampai malam tidak menjadi masalah karena mereka memang menikmatinya. Tetapi bagi karyawan hal ini menjadi persoalan besar.
Hermawan Kertajaya pernah mengalaminya saat dia menjadi karyawan dan setelah menjadi bos. Waktu dia masih karyawan di Sampoerna, pemilik sering mengajak meeting sampai pukul 03.00 pagi. Si bos tetap semangat, sementara karyawan sudah kewalahan. Sebaliknya, setelah dia menjadi pemilik Markplus, gantian dia yang meeting sampai pagi dengan senang hati, tetapi karyawannya gondok.
Begadang atau tidak, bukan masalah, selama Anda menikmatinya. Bagaimana menurut Anda?

0 komentar:

Posting Komentar