Setiap manusia memiliki aktivitas yang berbeda-beda dalam jangka waktu yang sama, 24 jam sehari semalam. Ada yang biasa-biasa saja, agak sibuk, sibuk, bahkan ada yang sangat sibuk dan padat. Namun yang diperlukan tidak hanya kuantitas aktivitas kita, tetapi diperlukan juga kualitas yang baik. Karena tidak ada manfaatnya jika kita sibuk dengan berbagai acara tetapi tidak berkualitas dan tidak menjadi bagian dari tujuan hidup.
Beberapa aktivitas kita misalnya adalah yang berhubungan dengan pekerjaan, kegiatan kemasyarakatan, hobi, keluarga, ibadah khusus kepada Allah, belajar, dan lain sebagainya. Yang dimaksud ibadah khusus kepada Allah adalah shalat, berdo’a, berdzikir, mengaji, berpuasa, dll. Sedangkan selain itu segala aktivitas kita sebenarnya juga merupakan ibadah jika diniatkan karena-Nya.
Hal yang harus kita perhatikan adalah keseimbangan di antara semua aktivitas yang dijalankan. Tetapi ini memang tidak mudah untuk dilakukan, karena ketika kita sedang bersemangat dengan suatu aktivitas tertentu, biasanya akan menabrak kebutuhan akan aktivitas yang lain. Dan ini bukanlah hal yang baik. Misalkan ketika kita begitu bersemangat menjalankan hobi baru yang menyenangkan, terkadang kita melupakan waktu. Siang dan malam pikiran dan fokus kita hanya pada hobi tsb. Ini tentunya baik untuk kemudian mengembangkan hobi tsb. Akan tetapi pada akhirnya akan melahirkan sebuah ‘kepincangan’ dalam hidup kita.
Misalnya, hobi ini membuat kita melalaikan pekerjaan kantor, menabrak waktu-waktu ibadah khusus (misalnya shalat), melupakan keluarga. Walaupun mungkin kita memang akan menjadi sukses dengan menekuninya, tetapi tetap hasil akhirnya akan buruk, karena ibadah dan keluarga adalah pondasi yang penting. Tanpa pondasi yang kuat setinggi apapun gedung akan runtuh.
Begitu juga sebaliknya, jika kita adalah orang yang sangat ‘shaleh’. Segala aktivitas kita hanyalah ibadah ritual khusus kepada Allah, tetapi tidak memperhatikan pekerjaan, keluarga, masyarakat sekitar. Tetap saja ini merupakan sebuah kepincangan pribadi. Rasulullah saw sendiri pernah melarang sahabat yang ingin shalat tahajud sepanjang malam, sampai-sampai istrinya mengadu kepada rasulullah karena jarang diperhatikan oleh suaminya tsb.
Melatih diri untuk bersikap adil dan seimbang itu berat, tetapi kita harus berusaha melakukannya. Jadi, bagi siapa saja yang beraktivitas, mari kita perhatikan sudah seimbangkah aktivitas yang saya lakukan? Apakah ada kewajiban lain yang terabaikan karena aktivitas kita tsb? Adakah hak orang lain yang terabaikan? Atau hak diri sendiri yang terabaikan karena begitu sibuknya, tubuh menjadi lemah dan sakit. Tentunya ini menjadi instrospeksi diri penulis dan mudah-mudahan bermanfaat bagi pembaca, terima kasih.
0 komentar:
Posting Komentar