Menuntut Ilmu, Jarak Bukanlah Halangan (kisah nyata)
Disebuah desa, di kabupaten Toba Samosir, sumatera utara pendidikan merupakan suatu keharusan, sehingga setiap orang tua akan bangga apabila anaknya dapat menempuh pendidikan setinggi mungkin. Jadi di desa tersebut, yang menjadi dasar penilaian adalah seberapa tinggi pendidikan anaknya. Orang tua akan merasa tersanjung jika mampu menyekolahkan anaknya sampai pendidikan tinggi, walau di rumah makannya sederhana, yang penting anak bersekolah dengan baik…istilah kerennya Anakhon hi do hamoraon di ahu/anakkulah harta terpenting bagiku.
Tentu semua itu dapat terwujud, didukung oleh niat anak untuk menuntut ilmu sabaik mungkin. Pengalaman yang tersaji tentu adalah usaha yang tanpa lelah untuk mengejar ilmu. Anak-anak begitu bersemangat untuk pergi ke sekolah, dengan bangun subuh, dan berangkat subuh pula supaya tidak ketinggalan/terlambat kesekolah. Berangkat subuh tentu dikarenakan jarak kampung ke sekolah sekolah (SMP) sejauh 5 km, itu ditempuh dengan berjalan kaki. Tidak ada kendaraan (motor) sebab tidak mampu beli, dan juga sepeda tidak ada sebab jalannya berbukit-bukit.
Tapi semua halangan itu tidak pernah terasa, hanya satu yang ada dibenak, yaitu menuntut ilmu. Selepas SMP barulah yang ingin sekolah harus mencari pemondokan, sebab jarak dari kempung ke sekolah (ibu kota kecamatan 30 km) sehingga tidak memungkinkan lagi untuk menempuh dengan berjalan kaki. Kini sebagian dari mereka telah selesai menempuh pendidikan tinggi, dan bekerja sesuai dengan keinginan dan kemampuan masing-masing…Jika mengingat itu, betapa bersemangatnya hati ini saat ada yang perlu dipelajari….
selalulah belajar, dan menuntut ilmu, karena apapun tidak akan dapat menghalangi keinginan kuat untuk menuntut ilmu
Salam
Tentu semua itu dapat terwujud, didukung oleh niat anak untuk menuntut ilmu sabaik mungkin. Pengalaman yang tersaji tentu adalah usaha yang tanpa lelah untuk mengejar ilmu. Anak-anak begitu bersemangat untuk pergi ke sekolah, dengan bangun subuh, dan berangkat subuh pula supaya tidak ketinggalan/terlambat kesekolah. Berangkat subuh tentu dikarenakan jarak kampung ke sekolah sekolah (SMP) sejauh 5 km, itu ditempuh dengan berjalan kaki. Tidak ada kendaraan (motor) sebab tidak mampu beli, dan juga sepeda tidak ada sebab jalannya berbukit-bukit.
Tapi semua halangan itu tidak pernah terasa, hanya satu yang ada dibenak, yaitu menuntut ilmu. Selepas SMP barulah yang ingin sekolah harus mencari pemondokan, sebab jarak dari kempung ke sekolah (ibu kota kecamatan 30 km) sehingga tidak memungkinkan lagi untuk menempuh dengan berjalan kaki. Kini sebagian dari mereka telah selesai menempuh pendidikan tinggi, dan bekerja sesuai dengan keinginan dan kemampuan masing-masing…Jika mengingat itu, betapa bersemangatnya hati ini saat ada yang perlu dipelajari….
selalulah belajar, dan menuntut ilmu, karena apapun tidak akan dapat menghalangi keinginan kuat untuk menuntut ilmu
Salam
0 komentar:
Posting Komentar